Langit belum pernah se-biru ini

Hai semuanya! Sekarang lagi liburan semester nih, UI libur 3,5 bulan, hahaha lama banget ya. Saya mengambil Semester Pendek karena ada satu mata kuliah yang saya ulang dan satu mata kuliah tambahan yang saya ambil untuk menambah SKS. Setelah saya merasakan mata kuliah semester pendek baru deh merasakan yang namanya kuliah “normal”. Knapa saya bisa bilang begitu, karena sebenarnya kuliah biasa itu di jurusan arsitektur bisa dibilang tidak normal, di situlah hari-hari dimana ada begadang, stress, capek, dan sebagainya. Akhirnya karena SP lumayan santai dan saya juga hanya ambil dua mata kuliah, saya punya waktu untuk menulis blog

Blog kali ini saya beri judul “Langit belum pernah se-biru ini”. Kenapa saya beri judul ini? Alasan pertama ya karena saya sangat suka yang namanya langit biru dan itu juga kenapa saya beri nama blog pribadi saya BLUESKYANDME. Alasan kedua, karena memang ada makna dibalik judul tulisan saya ini terkait apa yang akan saya sharingkan.

Kemarin saya dan ibu saya pergi ke dokter spesialis paru. Saya terkena infeksi paru 8 bulan yang lalu, penyakit yang mematikan sebenarnya karena dapat menyebabkan kematian. Sebelumnya saya demam tinggi selama seminggu dan keadaan saya lemas. Saya hanya bisa tidur-tiduran di kamar, dan obat yang diberikan pun benar-benar membuat saya pusing dan mual. Setelah 2 minggu keadaan saya sudah membaik tapi tetap saja untuk infeksi paru-paru pengobatannya tergolong sangat lama. Saya masih minum obat sampai sekarang untuk membersihkan paru-paru saya, rasanya tidak nyaman karena setiap hari harus minum obat. Dosis obat sempat dikurangi menjadi 3 kali seminggu, tapi ya tetap saja harus rajin meminumnya.

Kemarin merupakan hari dimana saya berharap pengobatan saya selesai, soalnya saya merasa lebih baik keadaannya dibandingkan waktu awal sakit dimana ketika harus naik tangga atau jalan jauh nafas saya sudah ngos-ngosan. Saya sempat masih begadang karena tugas kuliah, badan saya sering lemas dan nafas saya kadang ngos-ngosan, rasanya waktu itu saya takut sekali, seperti mau pingsan. Saya ingin sekali cepat sembuh dan menjalani hidup normal. Saya dan ibu saya periksa lagi ke dokter. Dokter yang biasanya menangani saya sedang cuti sehingga saya langsung dialihkan ke dokter lain.  Setelah rontgen dan tes darah, dokter bilang gini ke saya dan ibu saya, “paru-paru sudah mulai bersih, tapi ada pembengkakan di kelenjar”.  Awalnya saya masih belum terguncang disitu tetapi ketika si dokter mengatakan lagi saya harus minum obat tiap hari lagi, disitu saya mulai panik dan takut. Dokter bilang pengobatan paling lama 1 tahun katanya jika lebih dari itu ada ketakutan penyakit kebal terhadap obat.

Jiwa saya mulai tergoncang disitu, hati saya seperti berteriak,“ini apaan lagi sih?”. Saya sudah cukup bersabar dengan kondisi fisik saya selama 8 bulan. Saya akui saya memang salah karena tidak membatasi diri sehingga sering keletihan. Tapi saya hanya ingin menjalani hidup se-normal mungkin. Malamnya sesudah pulang dari dokter saya menangis, saya benar-benar takut. Siapa yang bisa jamin kalau beberapa bulan ke depan saya akan sembuh, belum lagi beratnya kuliah yang saya rasakan. Beberapa orang menyarankan saya cuti kuliah. Jika saya cuti kuliah maka saya lulus lebih lama dari yang saya rencanakan. Otak saya kacau disitu, saya pikir sayang kalau lulus lebih lama dimana saya mati-matian untuk kuliah disini.

Saya mulai berpikir bagaimana dengan teman-teman seangkatan, bagaimana dengan kepengurusan persekutuan dan juga anak kelompok kecil saya (saya aktif di kepengurusan persekutuan kampus). Saya menangis semalaman dan saya jadi lemas serta pusing karena terlalu banyak menangis. Setiap kali saya berdoa,“Tuhan ini gimana? mona harus gimana?” Pemikiran-pemikiran negatif muncul bertubi-tubi dipikiran saya. Bagaimana kalau hidup saya pendek? Mungkin wajar kalo manusia takut dengan yang namanya kematian. Tapi yang lebih membuat resah yaitu saya tidak rela meninggalkan komitmen pelayanan dan kuliah saya ditengah jalan. Saya ingin menyelesaikan pertandingan dengan baik. Saya masih ingin terlibat di persekutuan kampus dan melihat anak kelompok kecil saya.

Doa saya besok pagi-nya, “Tuhan kalo bisa beri mona waktu sampai semua komitmen dan kuliah ini selesai”. Pikiran saya kacau balau, saya sempat cerita ke beberapa teman baik saya dan ada satu ucapan dari senior saya yang bilang ini

 “orang-orang seperti kita yang ada dalam kondisi  seperti ini adalah orang-orang yang paling berbahagia  karena ketika Tuhan percayakan kita untuk menjalaninya,  Ia tau kita orang yang kuat untuk itu.”

Kata-kata ini dikirim senior saya, dia juga punya pergumulan dengan penyakit. Sangat menguatkan sekali, sehabis baca itu saya langsung menangis. Saya mungkin tidak tahu beberapa bulan lagi hasil pemeriksaan nanti akan mengharuskan saya meneruskan pengobatan atau tidak. Jujur saya takut, tapi entah mungkin ini proses dari Tuhan, saya banyak belajar untuk berserah apa pun kehendak-Nya, ya jadilah menurut kehendak-Nya. Semakin kesini saya semakin menyadari bahwa hidup itu berharga. Saya sempat menyesal sekali kalau dulu saya sering mengeluh tentang hidup saya. Semoga apa pun yang terjadi, itu sudah rencana baik yang diberikan-Nya. Kemudian ketika saya melihat ke arah langit dari jendela kamar saya, “Langit belum pernah se-biru ini”. Selama ini saya selalu melihat langit tapi belum pernah se-biru ini. Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena baru kali inilah saya menyadari betapa berharga dan indahnya hidup yang Dia kasih. Keluarga, teman, sahabat dan semuanya yang ada di dalam hidup saya. Doakan saya ya, semoga saya bisa kuat dan semakin percaya :).

Everyone has their own battle in life. No one should judge anyone, because they don’t know the whole story.

 

image source : http://www.google.com

“My flesh and my heart may fail,  but God is the strength of my heart  and my portion forever”    (Psalms 73:26)


2 thoughts on “Langit belum pernah se-biru ini

Leave a reply to blueskyandme Cancel reply